MAULID NABI MUHAMMAD SAW.
Pendahuluan
MUHAMMAD,
'alaihi'sh-shalatu wassalam. Dengan nama yang begitu mulia, jutaan bibir
setiap hari mengucapkannya, jutaan jantung setiap saat berdenyut, berulang
kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut sejak seribu tiga ratus
limapuluh tahun. Dengan nama yang begitu mulia, berjuta bibir akan terus
mengucapkan, berjuta jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman
Pada setiap hari di kala fajar menyingsing,
lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana
mulai nampak hendak menghalau kegelapan malam, ketika itu seorang muadzdzin
bangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa bangun bersembahyang lebih
baik daripada terus tidur. Ia mengajak mereka bersujud kepada Allah, membaca
selawat buat Rasulullah.
Seruan ini disambut oleh ribuan, oleh jutaan
umat manusia dari segenap penjuru bumi, menyemarakkannya dengan salat menyambut
pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnya hari baru. Dan bila hari
siang, mataharipun berangkat pulang, kini muadzdzin bangkit menyerukan orang
bersembahyang dhuhur, lalu salat ‘ashar, magrib, ‘isya’. Pada setiap kali dalam
sembahyang ini mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi dan RasulNya itu,
dengan penuh permohonan, penuh kerendahan hati dan syahdu. Dan selama mereka
dalam rangkaian sembahyang lima
waktu itu, bergetar jantung mereka menyebut asma Allah dan menyebut nama
Rasulullah. Begitulah mereka, dan akan begitu mereka, setelah Allah
memperlihatkan agama yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada
seluruh umat manusia.
Nabi
Muhammad SAW. adalah utusan Alloh kepada seluruh umat manusia. Baginda Nabi
merupakan akhir para Nabi dan imam/ pemimpin para utusan. Baginda Nabi
merupakan keturunan dari pemimpin-pemimpin Qobilah Quraisy (suatu qobilah di Kota Makkah al Mukaromah).
Garis nasab Baginda Nabi bersambung dengan Nabi Isma’il bin Nabi Ibrohim ‘alaihimas
salam. Nabi Muhammad SAW. dilahirkan di kota Makkah pada hari Senin tanggal 12 R.
Awal tahun gajah (Agustus 570 M.).
Ayahanda
Baginda Nabi adalah Abdulloh bin Abdul Muthollib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin
Qusyoi bin Kilab. Sedang ibunda Baginda Nabi adalah Siti Aminah binti Wahab bin
Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilab. Jadi, garis nasab antara ayahanda dan ibunda
Baginda Nabi berkumpul pada Kilab, kakek yang kelima. Ayahanda Baginda Nabi
meninggal dunia ketika Baginda Nabi masih berada di dalam kandungan. Ketika
itu, umur ayahanda Baginda Nabi masih 18 tahun dan dikuburkan di kota Madinah tanpa
meninggalkan harta benda sebagai warisan. Tatkala Baginda Nabi berusia 6 tahun,
ibunda tercinta meniggal dunia dalam perjalanan pulang dari kota Madinah sewaktu melakukan perjalanan
beserta Abdul Muthollib ke kota
Madinah untuk menziarohi maqom ayahanda Baginda Nabi dan disemayamkan di tanah
Abwak, sebuah tempat yang di antara kota
Makkah dan Madinah. Lalu Baginda Nabi diasuh oleh Ummu Aiman, hamba sahaya
Abdulloh, ayahanda Baginda Nabi.
Setelah
meniggalnya Siti Aminah, ibunda Baginda Nabi, Baginda Nabi berada di bawah
asuhan kakeknya, Abdul Muthollib. Seorang kakek yang sangat amat menyayangi
Baginda Nabi, melebihi rasa kasih sayang kepada putra-putranya sendiri. Namun
kebahagian yang baru saja diperoleh Baginda Nabi sirna ketika kakek yang
menyayanginya, Abdul Muthollib meninggal dunia setelah merawat Baginda Nabi
selama 2 tahun. Kemudian hak asuh terhadap Baginda Nabi dipercayakan kepada
pamannya, yaitu Abu Tholib, seorang yang miskin namun amat disegani oleh orang
Quraisy. Setelah mendapat hak asuh Baginda Nabi, Alloh SWT. melimpahkan rizqi
yang banyak kepadanya.
Orang-orang
Quraisy mengenal Baginda Nabi sebagai pribadi yang jujur, amanah, bijaksana,
pemalu, dan rendah diri. Sehingga orang Quraisy menjuluki Baginda Nabi dengan
sebutan al Amin (orang yang dapat dipercaya). Oleh karena itu, orang Quraisy
sangat menyukai dan menghormati Baginda Nabi sebagai pribadi yang mulia dan
patut diteladani. Sejarah mencatat, ketika orang Quraisy ingin merenovasi
bangunan Ka’bah (ketika Baginda Nabi berusia 35 tahun) terjadi perselisihan di
antara tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Mereka bersepakat
bahwa yang berhak melakukannya Baginda Nabi, al Amin. Namun, meskipun mendapat
kepercayaan dari mereka, Baginda Nabi tidak serta merta meletakkan Hajar Aswad
sendiri. Tapi Baginda Nabi mengajak seluruh komponen orang Quraisy untuk bersama-sama
mengangkat Hajar Aswad yang sudah diletakkan diselendangnya. Lalu Baginda Nabi
meletakkan Hajar Aswad dengan tangan Baginda Nabi yang mulia.
Selain
mempunyai sifat yang terpuji, Baginda Nabi juga dijaga oleh Alloh SWT. sejak kecil
dari segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang Jahiliyah. Seperti,
Baginda Nabi tidak pernah minum khomer (arak) dan tidak pernah menyembah
berhala.
Dasar-Dasar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi
Muhammad SAW. adalah sebuah perayaan yang sudah menjadi tradisi bagi umat
Islam, khususnya di Indonesia .
Di mana setiap tanggal 12 bulan Robi’ul Awal, seluruh umat Islam akan
merayakannya sesuai dengan adat istiadat dan tata cara masing-masing. Dan
perayaan maulid Nabi ini termasuh bid’ah hasanah (perbuatan baik yang
tidak terjadi pada zaman Nabi). Dalam arti, perayaan maulid Nabi meskipun tidak
ada dalil al Qur-an dan haditsnya, tapi tetap dianjurkan oleh agama. Jadi,
perayaan maulid Nabi merupakan sarana sebagai ungkapan rasa cinta dan takdim
(hormat) kita kepada Nabi Muhammad SAW. karena pada akhirnya nanti syafa’at-nya
lah yang kita harapkan. Melalui peringatan Maulid Nabi kita ungkapkan rasa
cinta kita kepada Nabi, kita lantunkan bacaan sholawat kepada beliau Nabi di
setiap waktu.
Ungkapan
keagungan ini tidaklah berlebihan karena Alloh Azza wa Jalla pun memuji
beliau, bahkan senantiasa bershalawat kepadanya, firman-Nya, "Sesungguhnya
Alloh dan para malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang
yang beriman, sampaikanlah shalawat dan salam kepadanya." (Q.S. Al Ahzab
[33]:56).
إن الله وملائكته يصلون
على النبى, يآأيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. ﴿الأحــزاب : 56﴾
Demikianlah Alloh dan para malaikat
bershalawat kepadanya, seharusnya apalagi kita sebagai makhluk kecil yang tiada
berdaya ini. Apakah kita sekalian, sebagai umatnya, umat yang sangat amat
banyak dosa, yang besok pada hari akhir sangat mendambakan syafa’at-nya,
tidak akan mengikuti perintah Alloh, perintah untuk memberikan salam takdim dan
do’a keselamatan kepada Baginda Nabi? Apakah kita mencintai Baginda Nabi?
Bayangkan saja andaikata kita tidak punya
penuntun, tidak punya penunjuk arah, lalu kita berjalan menuju suatu tempat
yang belum diketahui sebelumnya, pastilah tidak akan menentramkan perjalanan
tersebut. Tapi jikalau penuntun, arah, dan tujuannnya jelas, maka langkah kita
akan mantap dan hati pun senantiasa disaputi ketentraman. Dan Rasulullah SAW
adalah penuntun dan panutan kita sepanjang zaman
Dijelaskan oleh Imam Abu Syamah Syaikh Nawawi
dalam kitab I’anatuth Tholibin bahwa segala bentuk kegiatan yang bertepatan
pada hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW. baik itu berupa pemberian
shodaqoh atau melakukan hal-hal yang dapat membahagiakan/ meringankan beban
orang-orang faqir, itu merupakan sebuah tanda ungkapan rasa cinta dan hormat
kepada Baginda Nabi di dalam hati orang yang melakukannya, serta ungkapan rasa
syukur terhadap Alloh SWT. atas penciptaan Baginda Nabi sebagai utusan yang
menjadi rahmat bagi alam semesta.
Dan Imam
Al Hafidz Ibnu Hajar berpijak dalam memperingati Maulid Nabi pada dalil yang tetap
di dalam hadits, yaitu haditsnya Imam Bukhori dan Imam Muslim rodli’allohu
‘anhuma, bahwasanya ketika Baginda Nabi tiba di negara Madinah bertemu
orang Yahudi yang sedang melakukan puasa pada hari ‘asyuro. Lantas Baginda Nabi
bertanya pada tentang puasa mereka. Lalu orang Yahudi menjawab, “Hari itu di
mana Alloh SWT. menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Nabi Musa AS.
dari kejaran Fir’aun. Dan puasa yang kami lakukan ini merupakan ungkapan syukur
kami kepada Alloh SWT. Kemudian Baginda Nabi :”Kita (orang-orang muslim) lebih
berhak untuk bersyukur kepada Alloh SWT. daripada kalian semua”. Dari kejadian
ini, Imam al Hafidz Ibnu Hajar menjadikan perkataan Baginda Nabi sebagai
pijakan bahwasanya memperingati hari yang membahagiakan itu dianjurkan, sebagai
ungkapan syukur kepada Alloh SWT. seperti memperingati hari diselamatkannya Nabi
Musa AS dari kejaran Fir’aun dan memperingati hari kelahiran Baginda Nabi
Muhammad SAW.
Dan
diceritakan pula, bahwa Abu Lahab, paman Baginda Nabi diberi keringanan siksaan
oleh Alloh pada setiap hari senin. Sebab dia telah memerdekakan Tsuwaibah,
hamba sahaya Abu Lahab, karena rasa gembira atas kelahiran Baginda Nabi. Hal
ini menunjukkan bahwa melakukan amal baik untuk memperingati Maulid Nabi
seperti bershodaqoh dan lain sebagainya sangat besar pahalanya.
Sejarah Ringkas Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dalam
beberapa riwayat diceritakan, Imam Busyairiy (pengarang kitab Burdah) yang
menderita sakit kelumpuhan pada kakinya, tengah menempuh perjalanan menuju Makkah
untuk menunaikan ibadah haji. Sepanjang perjalanan, hatinya dipenuhi kerinduan
yang begitu mendalam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Lalu ia menuaikan rasa
rindu itu ke dalam bait-bait syair pujian yang dilantunkannya sepanjang
perjalanan seraya berlinang air mata. Sampai kemudian dalam kelelahannya, ia
tertidur dan mimpi bertemu Rosululloh SAW. Dalam mimpinya Rosululloh SAW.
dengan penuh kasih saying menyelimuti tubuhnya dengan burdah (selimut) beliau.
Dan anehnya, begitu terbangun dari tidur, ia mendapati tubuhnya telah sembuh
total dari kelumpuhannya.
Diungkapkan pula oleh Imam as Syarqowi bahwa
sesungguhnya perayaan Maulid Nabi itu telah dilaksanakan sejak kurun ke-3.
Kemudian, seluruh umat Islam di belahan bumi ikut merayakannya pula. Bahkan
pada zaman Dinasti Fatimiyah perayaan sangat begitu populer. Dilanjutkan pada
zaman Dinasti Ayyubiyah yang dipimpin oleh Kholifah Sholahuddin al Ayyubiyah,
perayaan Maulid Nabi disemarakkan di seluruh penjuru wilayah kekuasaannya,
khususnya di Negara Turki, disertai dengan kesungguhan dalam membaca bacaan Maulid
Nabi SAW. sehingga tampak bagi mereka segala berkah dan anugrah alloh.
Fadhilah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Berbicara
tentang fadhilah maulid Nabi, takkan bisa dikupas secara keseluruhan, karena
begitu banyak fadhilah yang diluar pengetahuan kita, namun bisa kita rasakan
ketika kita melaksanakannya.
Imam al
Junaid sedikit memberikan kejelasan tentang fadhilah maulid Nabi, bahwasanya
barang siapa yang menghadiri perayaan maulid Nabi dan mengagungkan derajat
baginda Nabi, maka dia telah memperoleh keberuntungan dalam beriman.
Dijelaskan
pula oleh Imam Ma’ruf al Karokhi qoddasallohu sirrohu, barang siapa yang
menyiapkan makanan, mengumpulkan para sudara- saudaranya, menyalakan lampu
rumahnya, memakai pakaian yang bagus, memakai wangi-wangian karena untuk
membaca maulid Nabi serta untuk mengagungkannya maka Alloh mengumpulkan dia
nanti pada hari qiamat beserta golongan yang pertama dari para Nabi dan dia
akan berada di surga ‘iliyyin. Dan barang siapa yang membacakan maulid Nabi
SAW. pada uang (harta benda) yang dilapisi perak atau emas dan mengumpulkan
uang (harta benda) tadi dengan uang (harta benda) yang lain, maka akan menjadi
barokah uang tersebut dan si pemiliknya tidak akan pernah faqir serta tangannya
tidak akan pernah kosong dari barokah Nabi Muhammad SAW.
Dibicarakan
pula oleh ulama’ lain, bahwa barang siapa yang bermaksud untuk menghadiri
tempat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. maka dia telah menuju taman surga,
karena dia tidak bermaksud mendatangi tempat tersebut kecuali karena cinta
kepada Baginda Nabi, dengan landasan hadits : “ Barang siapa yang mencintaiku,
maka dia akan bersamaku di surga nanti”.
Berdasarkan
hadits Nabi : “Barang siapa yang
mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga nanti” ini, Imam Sulthon Al
Arifin Jalaluddin menjelaskan dalam kitabnya bahwa setiap rumah, masjid, atau
tempat-tempat yang dibacakan maulid Nabi Muhammad SAW. akan mendapatkan
ketentraman dan selalu mendapat rohmat dari Alloh SWT, serta akan selalu dijaga
oleh para malaikat. Imam Sulthon al Arifin Jalaluddin juga menjelaskan bahwa
penghuni setiap rumah, masjid atau rumah-rumah yang dibacakan maulid Nabi akan
terjaga dari musibah kelaparan, penyakit, kebakaran, segala mara bahaya, sifat
iri, pandangan negatif dan kemalingan. Dan Alloh juga akan memudahkan menjawab
pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar Nakir di dalam qubur.
Dan
diceritakan pada masa kepemimpinan Khoifah Malik bin Marwan, ada seorang pemuda
tampan di negeri syam yang sedang bermain-main dengan kudanya. Tiba-tiba
kudanya lari dengan kencang, sehingga sampailah dia pada jalan kota syam (Jalan menuju rumah kholifah). Dan
pemuda tersebut tidak mampu mengendalikan kudanya, sehingga dia berada di depan
pintu gerbang yang mengakibatkan bertabrakan dengan putra Kholifah. Nahas benar
nasib putra kholifah, karena tim medis tidak mampu menolongnya dan pada akhrnya
nyawa putra kholifah tidak dapat tertolong. Dan mediapun ramai mengekspose
berita kematian putra kholifah, sehingga berita tersebut sampai pada telinga
kholifah yang menjadikan kholifah murka dan serta merta memanggil pemuda yang
menabraknya. Akhirnya pemuda tersebut menghadap kholifah seraya berbisik
hatinya “Seandainya saya selamat dari bencana yang besar ini, maka saya akan
mengadakan pesta yang di dalamnya dikumandangkan maulid Nabi”. Dan pada saat
dia sampai di hadapan kholifah, ternyata kholifah justru tidak marah, malah
tersenyum karena melihat pemuda tersebut, setelah sang kholifah memendam rasa
murka akibat kejadian yang menimpa putranya. Lalu kholifah berkata “Hai pemuda,
apakah kamu tukang sihir?. kemudian pemuda itu menjawab “tidak wahai tuanku”. Kholifahpun berkata “Saya akan
mengampunimu, tapi katakanlah apa yang kamu baca sehingga segala kemarahanku
sirna ketika berhadapan denganmu.” Pemuda itupun menjawab “Saya hanya berjanji
seandainya Alloh menyelamatkanku dari peristwa yang besar ini, niscaya saya
akan mengadakan pesta untuk merayakan dan mengumandangkan maulid Nabi.” Dan
akhirnya selamatlah pemuda itu, dan ia juga mendapatkan uang seribu dinar dari
kholifah guna merayakan maulid Nabi.
Penutup
Semoga
dengan perayaan Maulid Nabi, kita semua menjadi umat Nabi yang dapat bersama
Baginda di surga nanti. Amin. Kita lantunkan bacaan sholawat setiap hari, baik
di dalam hati maupun dengan suara lantang yang keluara dari kedua bibir kita. Allohumma
sholli ‘alaa sayyidina wa maulanaa Muhammadin wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa
sallam.
0 komentar:
Posting Komentar